Jumat, 27 September 2013

Jingga

Kemarin pulang dengan sederet kabut di wajahmu
Awan kelabu, langit ungu, jendela biru.

Aih, segores cahyamu lalu menjalar singgah
ada sumringah di situ,
Sejenis emosi yang pelan-pelan kau ceritakan,
dan aku mendengarkan. Ada senyum kecil, begitu kecil

Tak ada yang tahu. Cuma kau dan aku.

Manuskrip, 27 September 2013




Situasi

barangkali, engkau lebih dingin dari udara sebelum pagi itu
lebih dingin dari ketinggian 1490 m di muka lautmu.

Seorang perempuan berjalan dengan anggun di matanya.
teduh di bawah senja jingga dengan rona,

atas daun-daun gugur dan semi bunga di bawah hujan.
tak ada yang saling membenci. begitu pula dengki.
Hei, siapa yang mengetuk di balik pintu,
segumpal sunyikah..??
atau segerombolan udara malam yang terlalu manja untuk kawan bercanda..??

sambil heran terus didekatinya, "ah, pasti dia" pikirnya.
setengah berlari dibuatnya melangkah..

Ah... Tak ada siapa-siapa..
mimpi mana yang lewat tanpa permisi..?
Kau datang dan berlalu sesuka langkahmu.

Manuskrip, 2013

Kamis, 05 September 2013

September 05th, 2013 : Tentang Maut

Assalamu'alaikum..
Semangat PAGI...!!!


Akhirnya kesampaian juga bikin Blog, dari kemarin ada niatan cuma bawaannya malas, tidak ada waktu atau apalah seribu satu alasan yang kadang cuma sekadar omong kosong yang tidak ada harganya dan lebih ke alasan-alasan yang menurut saya "tolol".

Pagi tadi, ketika bangun tidur pukul 5.00 (sebuah keajaiban karena biasanya saya ketika lelah dengan pekerjaan bisa bangun pukul 6.30 pagi) Ibu Saya langsung menghampiri dan memberitahu bahwa salah satu teman (Dwi Sulistyo Raharjo) meninggal dunia pada pukul 3.00. Mata yang masih sayu terkena kilauan lampu terperangah memandang Ibu. Ada rasa terkejut yang tak biasa menghampiri, tak biasanya badan saya bergetar. Tanpa menunggu lagi, setelah sikat gigi dan mencuci muka ala kadarnya, Saya berangkat menuju rumahnya yang memang tak begitu jauh dari rumah.

Malam harinya sebelum kepergian Almarhum, Saya hanya mendengar kabar bahwa Ia masuk rumah sakit dan menempati ruangan ICU di sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di Pontianak, tapi Saya Hanya berfikir; "Dia orangnya kuat kok, pasti bisa sembuh..". Tapi siapa yang bisa menentang Kehendak ALLAH..??

Sesampainya di sana, sudah ramai keluarga dan teman-teman Kami semasa SMP dulu di rumah Almarhum. Tanpa menyapa mereka dahulu, Saya langsung masuk dan duduk di samping Jenazah yang kaku itu. Pucat. Dingin. Sebaris do'a mengalir pelan. Hati Saya bergetar, Ibunya masih terisak, Kakak dan adiknya menunggui di sampingnya. Sedangkan adik bungsunya tidur lelap di sampingnya. Hanya ayahnya yang tampak tegar. Meskipun ada kelabu di wajahnya. Ah, siapa yang tahu hati manusia..??

Setelah rampung melihat teman untuk yang terakhir kalinya itu, Saya beranjak keluar, menghampiri teman-teman lain yang sudah berkumpul duluan. Masing-masing dari mereka menceritakan kenang-kenangan terakhir saat bersama Almarhum, tentang futsal, belajar nyetir, dan kegiatan lain yang menjadi kesibukan Almarhum selama hidupnya. 

"Ah, lalu kita sebentar merenung, 
membangkitkan kenang-kenangan lama,
buat kita bioskop-kan di hati dan fikiran kita,
Sambil sebentar tertawa & mengusap air yg keluar dari konjungtiva,
lalu kenang-kenangan itu dibawa 'nuju mimpi, masa kecil,
kelereng, sepeda, sepak bola, futsal,.."

Pelayat lain terus berdatangan, Jenazah sudah mulai dimandikan, kebetulan di depan rumah Almarhum ada Surau, jadi dishalatkan langsung di Surau tersebut. Ketika hendak dishalatkan, Saya jadi takjub sendiri, begitu ramai hingga ukuran Surau tak mencukupi untuk ditempati Jama'ah lainnya. Ada yang bergetar di dada Saya. Menimbulkan pertanyaan yang kadang kalau Saya lagi bercermin bisa datang sendiri. Apakah ketika Saya mencapai waktunya nanti, akan sebanyak itu orang-orang yang akan menyalatkan saya..?? Apakah Saya pantas mendapat hal semacam itu..?? Saya masih merenung lama melihat pemandangan itu. Ada gumaman yang tiba-tiba keluar seperti ini : "Gile, kalo aku nanti mati apa ada yang nyolatin serame itu..??". Bahkan Saya akui bahwa shalat pun masih kadang ditinggalkan dengan alasan-alasan yang Saya pikir lebih penting, Kerja, Urgent, Dead Line, Sibuk, ah, kadang-kadang jadi teguran diri sendiri. Banyak yang tertinggal. Masih banyak Kewajiban yang ditinggalkan.

"..Seperti pagi ini, ada gerimis asing yang tak tampak menimpa lindung matari, daun-daun gugur, bougenville yang masih terserak embun di situ.."

Jenazah mulai dimasukkan ke dalam Ambulance dan tak lama kemudian berjalan dengan perlahan menuju pemakaman. Kami menyusul di belakang, begitu ramai, tak terkira. Berderet seperti kereta dengan gerbongnya, tanpa putus. Lalu Jenazah dimakamkan, gumpal demi gumpal tanah kami timbun, air mawar, bunga dengan banyak rupa, lalu do'a-do'a tak henti terpanjatkan, ada haru di situ, dereatan air mengalir dari konjungtiva mereka; Keluarga, sahabat. terlalu banyak mereka yang hidup mencintaimu, tapi Kami tahu, Sang Pemilik Hidup lebih mencintaimu dan lebih tahu tempat yang sangat pantas buatmu...

"Aih Bro, 'moga dapat tempat di tempat yang tinggi derajatnya di sisi ALLAH, sampai jumpa lagi Wi', ada waktunya Kita semua bakal berjumpa dan berkumpul bersama tanpa takut berpisah dan kehilangan lagi..."